Jumat, 20 Mei 2011
Rintihan Jiwa dari Seorang Hamba yang Fakir dan Hina Langit tak secerah biasanya. Alam tertunduk membalut keheningan, ratapan sendu menyelimuti kehampaan, karena seseorang kekasih mengirim pesan kepada manusia yang dicinta, itulah muasalnya. Jiwa yang termenung, mencoba mengarungi samudra kehidupan,dengan derita air mata yang membawa ke dasar relung semesta menanti Sang Terkasih yang tersembunyi di balik tabir ke bisuan, hanya menghirup seteguk air kebahagiaan demi melepas dahaga penderitaan yang erat merangkulnya. Jiwa yang menangis, meretakkan cermin-cermin hati yang terdiam tak berdaya berharap Sang Terkasih tersenyum dan memberikan cahaya-cahaya kebahagiaan yang takkan pernah padam untuk selamanya. Seseorang fakir dengan berselimut kehinaan memberanikan diri untuk menuliskan pesan kepada kekasih tercinta seruan alam itulah Rasul Muhammad Saw, dengan guratan wajah sendu menandakan sebuah kerinduan yang sangat mendalam sedang menulis untaian kata-kata yang memilukan, tak ada lagi tirai tebal penghalang sehingga menjadi kerdil yang perlu ditakutkan kecuali kerinduan yang sangat ia dambakan. Hujatan, cacian, bahkan fitnah meluncur bagaikan anak panah yang siap menembus daging lunak seorang kekasih yang fakir berselimut dengan kehinaan itu, tapi ia tak gentar sama sekali, dengan semangat yang membaja ia kirimkan pesan terhadap kekasih yang dicinta itu, Tatapan-tatapan kosong, desah nafas berat yang terhembus bahkan buliran-buliran bening air mata keluar begitu mudah terus mengiringi rangkaian kata-katanya yang indah yang ia ciptakan. Semoga Allah mengabadikan karya Agung dari seorang hamba yang tulus ini. Yaa Rosululloh.. Pantaskah aku merindukanmu ! Pantaskah air mata ini kupersembahkan untukMu ? Terlalu suci dan mulya diriMu bagiku. Alloh sang pencipta sangat mencintai Mu. Ya Rosul,pantaskah diri yang hina ini merindukan Paduka Ya Rosul ? Jangan biarkan diri ini hidup dikolong kehinaan dan berselimut kenistaan bahkan bergelimang dengan kekufuran dan kedholiman. Ya Rosul, hidup hamba tiada berarti dan sangat kecil tiada ma'na. Mati lebih baik daripada begini. Tegakah engkau wahai paduka Rosul ? Setetes air syafaat dariMu akan membuat aku bahagia dan berarti. Teteskan, teteskan dan teteskan Ya Rosul syafaatMu, sampai IZROIL menjemputku. Biarkan air mata ini kering biar tenggorokan ini putus dan biarkan diri ini menjerit bagaikan anjing melolong meregang nyawa. aku, diri ini akan mencintai dan merindukan engkau Ya Sayyidi...Ya Rosulalloh. Pantas dan mungkinkah, karena aku terlalu hina. Mengapa aku hidup ? Mengapa aku bernafas ? Ya Alloh cabutlah semua itu mengapa hidup ini tiada arti Yaa Alloh? Ya Robbi kujulurkan lidahku kutengadahkan tanganku dan aku mengharap walau hanya setetes kasih sayangMu Ya Alloh, agar hidup ini punya arti dan harapan. Kubersimpuh dengan tiada daya, Kusebut asmaMu Ya Sayyidi...Ya Rosulalloh. Ya Rosulalloh mungkin kita tak akan bertemu, terlalu mulya Paduka sedangkan diri ini terlalu rendah dan hina. Tapi kumohon dengarkanlah rintihan ummatMu ini, biar aku dineraka selama-lamanya, biarlah aku tak pernah berjumpa apa lagi bersama dan berkumpul dengan Paduka. tapi berkenanlah wahai paduka walau hanya sekejap dan sesaat,tengoklah kami, kami dineraka yang paling bawah, agar aku bisa melihat Engkau biar terobati rindu ini Yaa Sayyidi...Yaa Rosulloh Mungkinkah...apa mungkin? Terlalu hina diri ini dihadapanMu. Ya Alloh...Ya Alloh...Ya Alloh. Semuanya ada digenggamanMu. Aku bermohon limpahkan kasih sayangMu kepada semua makhluk, ummat ini,keluarga dan ahliku,teman teman seperjuanganku. Walau aku sebagai jaminannya. Ya Rohman...Ya Rohim perkenankanlah doa kami. (Al Fakir Yang Hina) Prof. H. Muhammad Heru Sudjiharnanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar